Dewasa ini sedang hangat dengan istilah SJW atau social justice warrior, artinya adalah seseorang yang melakukan pembelaan terhadap sesuatu yang dianggap tidak pantas secara sosial. Buntut dari kegiatan ini salah satunya adalah cancel culture, jika anda belum pernah mendengar SJW mungkin kedengarannya ini tidak berbahaya bukan.
Ya, jika sekilas diperhatikan memang SJW tidak sepenuhnya berbahaya karena gerakan ini akhirnya akan membela orang-orang yang menjadi kekerasan sosial. Tentu ini akan menjadi sangat baik karena rata-rata orang yang menjadi korban kekerasan sosial tidak bisa membela diri lantaran tidak banyak orang yang mendukungnya.
Namun pada kenyataanya apa yang dilakukan orang-orang dengan paham SJW ini malah sebaliknya, mereka tidak bisa menerima lelucon yang menyinggung. Temperamen mereka pendek sehingga sekecil apapun kesalahan yang dilakukan oleh orang lain akan dibalas dengan sesuatu yang tidak sepantasnya.
Contoh Tindakan Social Justice Warrior
Sebagai contoh katakanlah budi adalah seorang komedian yang membahas guyonan tentang ras tertentu, budi juga merupakan anggota dari ras tersebut. Kemudian ada seorang SJW yang mendengar guyonan tersebut, meskipun lala bukanlah dari ras yang dijadikan bahan lelucon namun lala merasa tersinggung dan mencela budi karena guyonannya tersebut.
Tak berhenti disitu lala mengumpulkan kawan-kawannya yang juga memiliki ideologi SJW untuk menyerang budi, bukan dalam hal fisik namun serangan dari media online atau media sosial. Barulah setelah nama baik budi tercoreng dan karir komediannya hancur, lala puas setelah menjadi pembela ras tertentu.
Dari penggalan contoh cerita tersebut bisa dipahami bahwa orang dengan ideologi social justice warrior akan membawa lebih banyak kerugian daripada keuntungan. Orang dengan ideologi social justice warrior tidak akan menerima kesalahan yang mereka lakukan dalam artian, menurut mereka apa yang mereka lakukan selalu benar.
Disinilah bahaya yang akan mengintai apabila ideologi atau pandangan social justice warrior ini masuk ke indonesia. Kebebasan berpendapat akan dihalangi dengan dalih yang tidak masuk akal seperti menyinggung perasaan. Padahal faktanya menurut hukum yang berlaku di indonesia, tersinggung bukanlah sesuatu yang bisa dibawa ke ranah hukum.
Jadi tidak ada salahnya sekali dua kali menyinggung seseorang karena sebuah guyonan misalnya, selama antara yang menyinggung dan yang tersinggung sama-sama mengerti konteks dari masalah mengapa ada korban yang tersinggung. Bayangkan apa yang akan terjadi jika orang tersinggung melapor ke polisi, wow.
Hubungan Antara Cancel Culture Dan SJW
Bagi anda yang belum mengetahui, cancel culture adalah sebuah budaya dimana apabila terjadi sesuatu yang menyinggung perasaan seseorang baik itu sedikit maupun banyak, dengan alasan apapun, maka seseorang atau kelompok bisa melakukan pemboikotan terhadap seseorang atau kelompok yang membuat tersinggung tersebut.
Sebagai contoh misalnya dudung adalah seorang komedian, ia membuat guyonan tentang warna kulitnya yang gelap dan hidungnya yang pesek. Video guyonan tersebut diunggah oleh seseorang, kemudian ada SJW yang melihatnya. Merasa bahwa guyonan tersebut menyinggung orang kulit gelap dan pesek SJW tersebut ikut tersinggung.
Meskipun SJW tersebut bukan berkulit gelap dan berhidung pesek, namun ia tersinggung karena mungkin ada orang diluar sana yang merasa tersinggung. Kemudian ia mengumpulkan SJW lain dan menghasut orang dengan kulit gelap dan hidung pesek agar mendukung narasi SJW tersebut.
Kemudian muncullah gerakan pemboikotan untuk dudung, agar karirnya hancur dan tidak bisa menjadi komedian lagi. Pemboikotan inilah buntut dari cancel culture yang saat ini sedang marak terjadi di dunia. Banyak yang sudah menjadi contoh dari cancel culture, tak hanya orang biasa bahkan orang terkenal tetap bisa menjadi korbannya.
Contoh Nyata Dari Gerakan Cancel Culture
Contoh paling nyata dari cancel culture adalah yang sedang menimpa pewdiepie, seorang youtuber yang bisa dikatakan terbesar di dunia ini bahkan tiga kali tersandung masalah cancel culture. Alasannya selalu saja sama, ada materi dari jokes yang disisipkan di videonya yang tidak berkenan di hati para SJW.
Namun gerakan cancel culture ini tak selamanya berhasil menghancurkan seseorang, buktinya tiga kali tersandung kasus cancel culture, karir pewdiepie masih saja cemerlang. Mengapa ini bisa terjadi, karena cancel culture adalah sesuatu yang tidak masuk akal dan tidak logis untuk orang yang memiliki akal sehat.
Salah satu contoh lain adalah cancel culture yang menyerang developer game Ghost of Tsushima. Pengembang dari game yang baru saja rilis tersebut diserang oleh para SJW karena merasa game tersebut tidak mencerminkan bagaimana seharusnya seorang pendekar pedang beraksi dalam medan tempur.
Para SJW juga beralasan bahwa game tersebut bisa memberikan informasi yang salah terhadap budaya jepang. Dan para SJW juga menuduh bahwa pengembang game ghost of tsushima tidak ada yang berasal dari budaya jepang karena banyaknya miskonsepsi yang ada dalam game tersebut.
Tentu saja pengembang game ini dibela mati-matian oleh para penggemar game ghost of tsushima. Bagaimana mungkin sebuah game yang bertujuan untuk menjadi hiburan dan pelarian dari dunia nyata bisa dikatakan menyinggung karena tidak sama seperti apa yang terjadi di dunia nyata.
Tentu saja game adalah fantasi dan pasti tidak akan sama dengan realita yang terjadi di dunia nyata. Apa yang terjadi dalam sebuah game adalah fiksi dan setiap kesamaan nama tokoh pasti adalah ketidaksengajaan. Game dibuat tidak realistis agar ada unsur hiburan yang bisa membuat para pemainnya merasa terhibur.
Mengapa SJW Dan Cancel Culture Berbahaya Untuk Indonesia
Sekilas memang sepertinya jika budaya SJW dan cance culture ini masuk ke indonesia tidak akan terjadi sesuatu yang berbahaya. Namun yang sering tidak disadari oleh orang-orang adalah bahwa pihak yang memiliki ideologi SJW ini sangat pandai dalam membuat narasi agar banyak orang yang mendukungnya.
Apabila SJW mendapat dukungan dari organisasi radikal yang banyak bersembunyi di indonesia bayangkan, bahaya dari opini publik yang akan digiring. Kekacauan sudah pasti akan terjadi dari sekian banyak opini yang dibuat oleh para social justice warrior untuk menjalankan agenda yang mereka inginkan.
Mengapa social justice warrior di luar negeri tidak ampuh untuk menggoyahkan negara karena mereka tidak didukung oleh organisasi yang lebih kuat. Bayangkan jika social justice warrior berkembang di indonesia dan didukung oleh organisasi yang memiliki kepentingan tertentu untuk menggulingkan pemerintahan.
Sudah pasti hal tersebut akan membawa kekacauan baik itu di dunia maya maupun di dunia nyata karena kemampuan manipulasi dari para SJW tersebut sangat mumpuni. Selain itu opini masyarakat indonesia sangat mudah digiring oleh orang yang memiliki kepentingan tertentu yang bisa menimbulkan kegaduhan.
Mengapa SJW dan cancel culture berbahaya untuk indonesia, lihat saja pemilu yang lalu dimana masyarakat dipecah hanya dengan menggunakan akun robot di media sosial dan dengan dukungan orang yang berkepentingan. Sudah terjadi kekacauan seheboh itu, apalagi jika ditambah dengan bumbu SJW dan cancel culture, bayangkan sendiri.