Irjen Nana Sudjana menjadi perbincangan hangat di tengah bulan November ini akibat jabatannya sebagai Kapolda Metro Jaya dicopot. Pencopotan jabatan disebabkan karena Ia dianggap tidak menegakkan protokol kesehatan COVID-19 dengan baik. Hal itu dapat dibuktikan pada kerumunan pernikahan putri Habib Rizieq Syihab.
Tidak hanya Inspektur Nana saja yang dicopot dari jabatannya akibat hal ini. Namun Kapolda Jawa Barat, Irjen Rudy Sufahriadi juga memperoleh nasib serupa. Sehingga keduanya harus turun dari jabatan sebagai sanksi atas kelalaiannya dalam melaksanakan perintah menegakkan protokol kesehatan.
Hal tersebut juga telah dikonfirmasi Kadiv Humas Polri, Irjen Argo Yuwono pada konferensi pers Mabes Polri (16/11/2020). Selain itu Menko Polhulkam, Mahfud Md juga sebelumnya memang telah memperingati aparat keamanan untuk bertindak tegas menegakkan protokol kesehatan.
Mahfud Md bahkan menegaskan dengan lantang, bahwa pemerintah tidak akan ragu untuk tegas dalam memastikan protokol COVID-19 berjalan dengan baik. Ia juga mengatakan bila aparat tidak tegas, maka akan ada sanksi yang diberikan oleh pemerintah.
Awal Karir Irjen Nana Sudjana
Irjen. Pol. Drs. Nana Sudjana, M.M. merupakan seorang perwira tinggi Polri yang berpengalaman di bidang intelijen. Ia lahir di Cirebon, tanggal 26 Maret 1965 dan memulai dinas dari tahun 1988 hingga sekarang. Irjen Nana adalah alumni Akademi Polri tahun 1998 bersamaan Kapolri Jenderal Idham Azis.
Masa jabatannya selama menjadi Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya ke-39 belum genap satu tahun terhitung dari 7 Januari 2020. Sebelumnya Ia sempat berada di berbagai jabatan, mulai dari menjadi Kapolsekta Umbul Harjo Polresta Daerah Istimewa Yogyakarta, Kapolsek Metro Tamansari Jakarta Barat pada 2002.
Kemudian Kapolres Probolinggo pada tahun 2006, serta Kapolres Surakarta pada tahun 2010 saat Presiden Joko Widodo masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Ia juga sering ditempatkan pada bagian intelijen dengan menjabat sebagai Direktur Intelkam Polda Jateng pada tahun 2011, dan Direktur Intelkam Polda Jatim 2014.
Karirnya terus meningkat sehingga pada tahun 2015 diangkat menjadi Wakapolda Jambi, dan satu tahun kemudian yaitu 2016 menjadi Wakapolda Jabar. Hingga akhirnya kembali pada bagian intelijen, yaitu menduduki jabatan sebagai Direktur Politik Baintelkam Polri di tahun yang sama.
Di bulan Mei tahun 2019, Nana menjadi Kapolda NTB, namun jabatan tersebut tidak sampai genap setahun akibat pengangkatannya ke ibu kota Indonesia. Hingga akhirnya menjabat menjadi Kapolda Metro Jaya melalui surat telegram Kapolri No. ST/3331/XIII/KEP./2019. Serta saat ini mulai menjabat menjadi Koorsahli Kapolri.
Menjabat Sebagai Kapolda Metro Jaya
Selama Irjen Nana Sudjana menjabat di Polda Metro Jaya, Ia telah melalui berbagai kasus besar dan menonjol. Contohnya adalah kasus penyerangan kelompok John Kei, debt kolektor yang dijuluki GodFather of Jakarta, di mana saat itu menjadi topik hangat pada pertengahan tahun 2020.
Di bawah pimpinannya, Polda Metro Jaya juga berhasil mengungkap kasus pencabulan besar di Jakarta yang melibatkan 305 orang anak. Sehingga terungkap pelakunya adalah Warga Negara Asing asal Prancis, Francois Abello Camille, yang akhirnya tewas lantaran bunuh diri menggunakan kabel.
Tidak hanya itu, terdapat beberapa kasus lain yang diatasi saat ia menjabat menjadi kepala. Beberapa contohnya seperti pembunuhan Warga Negara Asing asal Taiwan yang terungkap, kasus pembunuhan bos pelayaran di Kelapa Gading, kasus mutilasi Kalibata City, serta kasus kematian editor stasiun TV swasta berhasil diungkapkan.
Berbagai aksi demo yang terjadi di Jakarta pada tahun 2020 ini juga diurusi oleh kepemimpinannya sehingga beberapa pelaku demo kerusuhan akhirnya diamankan. Demo tersebut menyebabkan banyak kerusakan di berbagai titik Jakarta, seperti pembakaran fasilitas umum sehingga polri harus benar – benar ikut turun tangan.
Pada awal jabatannya, ia sempat menjanjikan akan mengusut tuntas kasus yang dialami oleh mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan. Namun kasus penyiraman air keras tersebut sampai saat ini belum membuahkan hasil yang memuaskan, malah terkesan rancu. Sehingga masyarakat masih mempertanyakan janjinya.
Sempat Disebut ‘Geng Solo’
Diangkatnya Irjen Nana Sudjana tidak berjalan terlalu mulus, saat awal pengangkatannya, ia sering disebut – sebut sebagai ‘Geng Solo’. Ia disebut – sebut memiliki laju karir cepat namun tidak menonjol, sehingga tidak sedikit pertanyaan dari berbagai kelompok atau organisasi mengenai prestasinya.
Neta S Pane, pada Desember 2019, juga sempat mengemukakan pendapat mengenai hal ini. Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) ini mengatakan bahwa penunjukkan Nana sebagai Kapolda Metro Jaya tentunya tidak akan terlepas dari hubungan dekatnya dengan Presiden Joko Widodo karena pernah bersama di Solo.
Prestasi Nana yang relatif biasa tanpa ada yang terlalu menonjol dianggap menjadi salah satu alasan ia mengatakan hal tersebut. Sehingga seakan – akan Jokowi ingin menonjolkan ‘Geng Solo’ untuk maju di Polri. Tudingan ini cukup menuai perhatian masyarakat sehingga saat ini masih terkenal julukan ‘Geng Solo’ tersebut.
Hal itu juga didorong oleh naiknya Listyo Sigit Prabowo menjadi Kabareskrim sebelum Nana. Listyo juga merupakan mantan Kapolresta Solo sehingga pengangkatan Nana menjadi bahasan di berbagai kelompok serta organisasi masyarakat. Walau begiru, Neta juga memberikan masukkan mengenai prioritas utama Nana sebagai Kapolda Metro Jaya.
Perihal ‘Geng Solo’ tersebut juga sempat ditanggapi oleh Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, yang menyebutkan bahwa pangkat selalu melalui penilaian. Moledoko mengatakan bahwa pangkat seseorang hingga bisa mencapai sesuatu pasti akan ada proses penilaian terlebih dahulu, begitu juga pada Irjen Nana Sudjana.
Jabatan Baru Koorsahli Kapolri
Alasan pencopotan Nana dari jabatan tingginya memang tidak dijelaskan secara rinci oleh Irjen Argo Yuwono. Namun terjadinya sejumlah kerumunan massa di wilayah Jakarta dan Jawa Barat yang tidak lepas dari peran Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab, menjadi salah satu hal pendasarnya.
Kerumunan yang mencapai jumlah ribuan orang tersebut tentunya melanggar protokol kesehatan secara terang – terangan. Hal inilah yang dikatakan menjadi salah satu alasan Irjen Nana dicopot dari jabatannya sebagai Kapolda Metro Jaya sehingga harus menduduki jabatan barunya.
Setelah dicopot dari Kapolri Metro Jaya yang belum genap satu tahun, Irjen Nana Sudjana harus menduduki jabatan sebagai Koorsahli Kapolri. Posisinya sebagai Kapolda Metro Jaya digantikan oleh Irjen Mohammad Fadil Imran, lulusan Akpol 1991, berpengalaman di bidang reserse, dan awalnya menjabat sebagai Kapolda Jawa Timur.
Pencopotan Kapolda Metro Jaya tersebut berdasarkan surat telegram rahasia Kapolri No. ST3222/XI/KEP/2020 mengenai pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabaran di lingkungan Polri. Dengan disetujuinya surat telegram tersebut, maka sudah resmi bahwa Irjen Nana dimutasi menjadi Koorsahli Kapolri.
Bukan hanya Nana, namun pada surat telegram tersebut terdapat beberapa nama Kapolda yang diturunkan dari jabatannya sehingga posisinya harus digantikan pejabat lain. Beberapa di antaranya adalah Kapolda Bali Irjen Petrus Golose, Kapolda Maluku Irjen Baharudin Djafar, dan Kapolda Jatim Irjen Mohammad Fadil Imran.
Selain itu juga Kapolda Kalsel Irjen Nico Afinta, Kapolda Malut Irjen Rikwanto, Kapolda Jabar Irjen Rudy Sufahriadi, serta Kapolda Jambi Irjen Firman Shantyabudi. Sehingga posisi yang kosong seperti yang ditinggalkan Irjen Nana Sudjana harus digantikan oleh orang lain yang memiliki jabatan pula di polri.