Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh negara di dunia memberikan dampak sangat signifikan bagi kehidupan manusia pada masa ini. Bukan hanya gaya hidup yang berubah, tapi dalam hal ekonomi pun terjadi perubahan besar. Banyak negara yang mengalami kelesuan ekonomi, Indonesia salah satunya.
Saat ini, Pemerintah Indonesia tengah berjuang keras agar selamat dari resesi ekonomi yang akan berimbas kepada seluruh lapisan masyarakat. Berbagai macam upaya telah dilakukan, tapi belum memunculkan hasil signifikan untuk menekan angka resesi di tanah air. Perekonomian semakin lesu dan berimbas kepada sebagian besar masyarakat.
Terutama pada lapisan masyarakat menengah ke bawah, lesunya ekonomi berimbas pada minimnya pendapatan karena kesulitan mencari nafkah. Banyak usaha yang gulung tikar, gaji berkurang, karyawan dirumahkan sementara, hingga pemutusan hubungan kerja, berbagai masalah ini membuat rakyat semakin menjerit.
Melihat dari hasil pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal pertama 2020, terlihat mustahil bagi Indonesia untuk menghindar dari resesi. Pasalnya, belum ada geliat positif dalam hal perbaikan ekonomi. Hal ini tentu saja akan membawa dampak buruk bagi perekonomian nasional.
Berbagai cara sudah dilakukan untuk meningkatkan geliat ekonomi, salah satunya mengucurkan dana bantuan. Namun, apakah hal ini akan berguna di masa pandemi saat ini? Sebab apabila sampai akhir Desember 2020, belum ada tren positif, maka resesi benar-benar akan memukul mundur kekuatan ekonomi Indonesia.
Penyebab Resesi di Tanah Air
Resesi memang bukan hanya terjadi di Indonesia, hampir sebagian besar negara di dunia mengalaminya. Terutama negara dengan sektor pariwisata sebagai andalan pendapatan. Penyebab utamanya adalah pandemi Covid-19 yang menyerbu dunia dan telah menyebabkan jutaan jiwa meninggal serta puluhan juta lainnya terinfeksi.
Indonesia pun tak bisa mengelak dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan berbagai masalah timbul di tanah air. Virus Corona memang penyebab utama Indonesia harus berhadapan dengan resesi. Sebab penangan Covid-19 di Tanah air yang kurang baik menimbulkan jumlah kasus terinfeksi kian bertambah.
Di daerah yang menjadi penggerak utama ekonomi negara seperti Jakarta contohnya. Setelah mencoba new normal, ternyata harus kembali mengalami pembatasan sosial berskala besar (PSBB) karena jumlah kasus Covid-19 yang kembali tinggi. Ini memperlihatkan bagaimana penangan pandemi yang masih belum efektif.
Terus mewabahnya Covid-19 inilah yang membuat runtuhnya ekonomi Indonesia. Dalam hal ini penanggulangan virus Corona merupakan pekerjaan rumah bagi Pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia agar pemulihan ekonomi dapat mulai berjalan. Utamanya adalah membuat dunia usaha dan UMKM dapat terus bertahan.
Pengumuman Resesi Menunggu 5 November 2020
Mengenai usaha Indonesia selamat dari resesi, Direktur Riset CORE Piter Abdullah menyatakan bahwa Indonesia akan terhindar dari resesi pada kuartal III Tahun 2020. Sebab hingga Oktober 2020, belum terlihat tren positif perbaikan ekonomi. Apalagi 2 triwulan pertama pertumbuhan ekonomi hasilnya negatif.
Menurut beliau, Indonesia baru akan bisa terhindar dari resesi apabila pemerintah memiliki kemampuan untuk kembali ke masa awal pandemi dan membatalkannya. Sebab, penanganan Covid-19 yang kurang tepatlah penyebab terjadi resesi besar tak terhindarkan. Mau tak mau Indonesia harus menghadapinya.
Kenyataan mengenai resesi ini sudah diketahui oleh banyak pihak dan informasinya tersebar ke masyarakat. Kekhawatiran akan munculnya dampak krisis ekonomi yang lebih besar dari tahun 1998 sudah menghantui sebagian besar masyarakat. Terutama para pekerja, kehilangan pekerjaan menjadi momok menakutkan.
Hanya menunggu pengumuman resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) saja mengenai resminya Indonesia terjatuh ke jurang resesi seperti yang dialami banyak negara lain. Setidaknya, sampai tanggal 5 November 2020 nanti, baru akan diketahui seberapa dalam tingkat resesi yang harus dihadapi.
Mengutip yang dikatakan oleh Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) ihwal kabar resesi ekonomi, “Ini tinggal menunggu pengumuman resmi BPS 5 November mendatang untuk tahu seberapa dalam resesi di kuartal III-2020,” imbuh beliau.
5 Juta Pengangguran Baru Menanti di Masa Resesi
Salah satu dampak resesi terbesar dan paling berpengaruh pada perekonomian negara adalah terjadinya gelombang besar pemutusan hubungan kerja (PHK). Pada saat ini, PHK sudah terjadi di banyak perusahaan dan kini mengancam perusahaan-perusahaan yang dulunya stabil. Disinyalir setidaknya akan ada 5 juta pengangguran baru akibat PHK.
Angka yang sangat besar dan pasti memberikan dampak besar pada negara. Hal ini bukan sekadar gurauan semata, tapi telah diprediksi banyak pengamat ekonomi. Banyaknya pengangguran akan memicu keresahan dalam masyarakat yang berujung pada kemunculan berbagai permasalahan ekonomi, seperti meningkatnya jumlah kejahatan, seperti pencurian.
Apabila resesi terus terjadi, banyak pengusaha akan bertumbangan dan menimbulkan masalah sosial. Maka, bukan hal mustahil nantinya Indonesia harus menghadapi depresi ekonomi. Kondisi tersebut akan benar-benar terjadi apabila pemulihan ekonomi tak dilakukan dan mendapat tren positif hingga Desember mendatang.
Menurut Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roeslani, dibutuhkan fokus pemerintah dalam penanganan Covid-19 guna mencegah runtuhnya ekonomi negara. Pada saat ini pemulihan ekonomi merupakan hal paling penting. Terutama menjaga pelaku usaha baik besar maupun menengah bisa bertahan menghadapi resesi.
Kiat Pemerintah Menanggulangi Resesi
Seperti yang sudah dikatakan oleh banyak ahli ekonomi, bahwa resesi berasal dari pandemi Covid-19 sehingga untuk mengatasinya perlu menyelesaikan akar permasalahan. Kiat pemerintah mengucurkan dana bantuan langsung tunai (BLT) baik kepada masyarakat kurang mampu maupun karyawan swasta hanya berdampak kecil dalam geliat ekonomi saat ini.
Hal yang harus dilakukan pemerintah adalah mengontrol agar pandemi Covid-19 ini tidak berkepanjangan. Pasalnya, resesi ekonomi masih bisa dihadapi, tapi depresi ekonomilah yang paling mengkhawatirkan. Diperlukan langkah tegas dalam penanganan pandemi, terutama untuk meminimalkan penyebarannya sehingga kekhawatiran pasar akan menurun.
Meningkatkan kepercayaan pelaku usaha dan bergeliatnya kembali berbagai sektor ekonomi akan mampu memulihkan kembali perekonomian tanah air. Oleh sebab itu, pemerintah harus lebih tegas dalam menangani pandemi Covid-19 ini dan lebih proaktif. Terutama dalam melakukan tes cepat yang sangat berpengaruh dalam menekan jumlah penyebaran Covid-19.
Hingga saat ini baru 1 juta jiwa dari 270 juta penduduk Indonesia yang sudah menjalani tes cepat sehingga banyak kasus Covid-19 belum terdeteksi. Hal ini mengakibatkan kemungkinan penularan yang membuat pandemi terus terjadi dalam masa waktu tak bisa diprediksi.
Penggunaan alokasi dana bantuan Covid-19 harus digunakan semaksimal mungkin. Untuk saat ini, hanya 25% dana yang terserap sehingga perlu dioptimalkan agar bisa mengcover biaya penanganan dengan lebih baik lagi. Mampu mengontrol penyebaran virus Corona merupakan pekerjaan besar bagi pemerintah. Namun, bukan hal mustahil.
Bukan hanya pemerintah saja yang harus berjibaku menangani pandemi ini, tapi seluruh masyarakat pun perlu ikut terlibat. Terutama dalam mengikuti protokol kesehatan yang sesuai standar Covid-19. Sebab, peran masyarakat sangat penting dalam melawan virus Corona ini.
Resesi ekonomi merupakan keadaan yang tak bisa dihindari dalam masa pandemi sekarang ini. Bukan hanya Indonesia, tapi berbagai negara di dunia pun mengalaminya. Untuk mengatasi resesi diperlukan langkah tegas dan proaktif pemerintah dalam menangani akar permasalahannya, yaitu mengontrol penyebaran Covid-19.