Melihat atlet esports yang mengukir prestasi gemilang, rasanya hidup mereka tampak sukses. Tak banyak yang tahu ada ancaman penyakit atlet esports yang mengintai diam-diam, khususnya orang yang menghabiskan waktunya bermain gim secara berlebihan.
Bahkan beberapa penyakit berikut pernah menimpa pro player terkenal. Mari simak di pembahasan berikut ini.
Apa Saja Penyakit Atlet Esports?
Bukan berarti penyakit berikut hanya menyerang gamer, khalayak umum juga dapat terserang. Namun gamer dengan pola hidup tidak sehat memiliki risiko serangan yang lebih besar. Berikut deretan penyakitnya:
1. Collapsed Lung (Spontaneous Pneumothorax)
Memiliki nama medis Spontaneous Pneumothorax, penyakit ini tidak mengenal siapa yang akan diserangnya, bahkan orang yang tidak memiliki riwayatpenyakit ini. Gejala pertama yang dirasakan penderita biasanya rasa nyeri di area dada atau bahu, dan pendeknya napas.
Sebab udara yang dihirup bocor keluar dari paru-paru. Menurut McGee, seorang terapis fisik pro player, menyebutkan Collapsed Lung tidak saja dipicu oleh asma atau budaya merokok. Kebiasaan gamer yang suka menahan nafas dan mengambil napas pendek juga menjadi pemicu penyakit ini.
Jika kebiasaan buruk ini berlanjut, maka dapat mengancam kinerja paru-paru. Lukas “gla1ve” Rossander, pemain CS:GO dari Copenhagen Wolves adalah salah seorang yang mengidap penyakit atlet esports satu ini.
Meski menyadari dirinya terserang Collapsed Lung, dia tetap mengikuti turnamen Assembly Winter yang digelar di Finlandia. Usai turnamen, dirinya langsung dilarikan ke rumah sakit untuk dioperasi.
2. Sindrom Carpal Tunnel (Nintendinitis)
Sindrom Carpal Tunnel memiliki sebutan lain, yakni WASD Wrist. Penyakit ini menyebabkan rasa sakit dan kesemutan pada bagian pergelangan tangan. Jika tidak diobati dengan segera, kondisi penyakit akan semakin buruk.
Bahkan penderita akan terus merasakan rasa pegal berkepanjangan atau nyeri di malam hari, akibatnya daya genggam tangan melemah. Salah satu penyebab dari penyakit ini adalah penyempitan atau pembengkakan pada Carpal Tunnel sehingga menimbulkan tekanan pada saraf media.
Gamer yang mengidap sindrom Carpal Tunnel biasanya disebabkan oleh pergerakan tangan yang sama dalam waktu yang lama. Selain itu, posisi pergelangan tangan yang menekuk akibat posisinya lebih tinggi daripada tangan kerap menjadi pemicu utama.
Pro player yang pernah mengalami hal serupa adalah Olofmeister dari CS:GO Fnatic. Cedera ini dapat dicegah dengan terlebih dulu melakukan peregangan tangan sebelum bermain game. Begitu upaya yang disarankan oleh Dr. Harrison, ahli bedah ortopedi dan dokter penyakit atlet esports.
3. Tennis Elbow
Penyakit yang menyerang atlet berikutnya adalah Tennis Elbow. Ditandai dengan munculnya rasa nyeri pada bagian siku luar, lebih tepatnya pada tendon otot lengan bawah. Tendon sendiri adalah jaringan yang mengikat otot agar melekat pada tulang.
Pada kasus Tennis Elbow, otot-otot pada siku mengalami peradangan akibat penggunaan siku yang berlebihan, bahkan tidak jarang otot berujung sobek. Penyakit mengerikan ini pernah menimpa Clinton “Fear” Loomis, pemain dari tim Dota 2 Evil Geniuses.
Pertama kali didiagnosis pada tahun 2014 menjelang turnamen T14, Fear pun terpaksa tidak menghadiri T14. Ia baru bisa melanjutkan permainannya pada turnamen T15, dimana Fear berhasil memenangkan pertandingan.
Pada tahun 2016, Fear mengambil keputusan untuk pensiun sebagai atlet dan menjadi pelatih EG. Setahun kemudian Fear kembali sebagai atlet Dota 2. Kali ini lebih berhati-hati sebelum bermain gim, mengingat cedera yang pernah dideritanya, ia selalu melakukan peregangan tangan terlebih dulu.
4. Eye Strain
Eye Strain sering disebut dengan mata lelah. Terjadi ketika mata hanya melihat ke satu arah dalam waktu yang lama. Misalnya yang terjadi pada gamer, mereka menatap layar komputer dalam jangka waktu yang tidak singkat.
Meski terdengar seperti penyakit sepele, eye strain bisa merusak saraf optik dan memicu kebutaan. Mengingat atlet esports menghabiskan sekitar 8-15 jam untuk berlatih di depan komputer, tidak heran kalau banyak atlet yang mengidap Eye Strain.
5. Repetitive Strain Injury (RSI)
Repetitive Strain Injury biasanya menyerang persendian akibat ketegangan pada saraf atau otot. Penyebabnya bisa karena aktivitas tertentu dalam waktu lama yang menggunakan persendian. Gejala awal yang dirasakan penderita umumnya rasa nyeri yang tajam pada pinggang, siku dan bahu.
Terkadang rasa nyeri diiringi dengan rasa pegal berlebih. Banyak yang tidak menganggap serius penyakit ini, sehingga berujung pada pembentukan postur tubuh yang tidak ideal. Umumnya RSI hanya menyerang bagian lengan, namun beberapa kasus mencatat bagian tubuh lain juga rentan diserang.
Mereka yang berisiko terkena RSI adalah pemain konsol dan pemain komputer. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan peregangan tubuh secara rutin, minimal 5-10 menit sekali setiap 1 jam.
Selain peregangan fisik, tingkat ergonomis perangkat bermain juga berpengaruh pada risiko terserang RSI. Disarankan untuk menggunakan kursi gaming berkualitas untuk menjaga postur.
Penyakit tidak memilih-milih siapa yang akan diserangnya dan sifatnya selalu spontan. Biasanya atlet memiliki dokter khusus yang menjaga kesehatan agar terhindar dari ancaman penyakit atlet esports. Seperti diketahui, industri ini bisa membawa pengaruh besar pada keadaan fisik dan mental pemain.