Tidak banyak portal berita yang menayangkan berita tentang kerusuhan di amerika yang masih terjadi hingga saat ini. Sudah hampir tiga bulan lebih kerusuhan ini terjadi, tak hanya di satu dua kota namun kerusuhan terjadi di lebih dari 140 kota yang tersebar di seluruh daerah amerika serikat.
Pemicu dari aksi kerusuhan yang tak henti-hentinya ini adalah tewasnya seorang pria kulit hitam karena prosedur penangkapan oleh polisi yang brutal. Pada awalnya hal ini tentu mendapat simpati dari banyak orang karena kita tahu sendiri di amerika serikat masalah ras masih menjadi salah satu pemicu ketidak setaraan hak.
Disinilah awal mula protes tentang kesetaraan hak kulit hitam di amerika serikat mendapat dukungan tak hanya dari dalam negeri namun juga dari mancanegara tak terkecuali di indonesia. Tentu saja keadilan untuk semua ras adalah keinginan bagi semua orang agar masyarakat bisa menjalani hidup dengan adil dan damai.
Propaganda Pemicu Kerusuhan Di Amerika
Aksi menuntut keadilan atas warna kulit di amerika serikat pada awalnya berjalan damai di berbagai kota. Memang kepolisian meramalkan kemungkinan adanya tensi tinggi dari para demonstran dan benar saja, hal ini tidak terjadi selama aksi damai di siang hari. Lalu mengapa pada saat malam hari aksi protes berubah menjadi kerusuhan.
Dalam setiap aksi protes pasti ada oknum yang memiliki kepentingan tertentu dan ingin membuat kericuhan dalam hal ini antifa. Penyusup yang hingga kini statusnya masih diduga berasal dari antifa, salah satu organisasi masyarakat yang selalu identik dengan tindakan kriminalitas menyusup dalam grup demonstran dan membuat onar.
Entah apa yang dibisikkan pada para demonstran namun hal ini menjadi sebuah propaganda pemicu kerusuhan di amerika serikat yang hingga kini masih berlangsung atau masih dibiarkan berlangsung. Dari sini saja sudah terlihat kesamaan yang bisa ditarik antara kerusuhan di amerika dengan kericuhan yang terjadi saat pilpres indonesia kemarin.
Aksi damai dari ribuan demonstran yang menunggu hasil gugatan pilpres indonesia 2019 berubah menjadi sebuah tindak kerusuhan yang bisa dibilang sangat besar dan penuh intrik bagi bangsa indonesia. Propaganda dan penyusup selalu menjadi dalang dari berubahnya aksi damai menjadi sebuah tindak kerusuhan.
Artikel ini sama sekali tidak memiliki tujuan untuk mengajari pembaca untuk membuat kerusuhan, namun lebih kepada pengetahuan agar para pembaca bisa mengetahui apa saja yang bisa memicu terjadinya aksi kerusuhan besar-besaran seperti yang saat ini sedang terjadi di amerika serikat.
1. Pihak Yang Berkepentingan
Sebuah kerusuhan dengan skala besar tidak akan terjadi begitu saja tanpa adanya pihak berkepentingan yang menungganginya. Pihak berkepentingan tersebut adalah pihak yang mendapatkan keuntungan karena terjadinya sebuah kerusuhan skala besar, di amerika serikat pihak berkepentingan adalah para pendulang suara untuk pemilu.
Ya, di amerika pemilu akan segera dilangsungkan dan momen krusial seperti ini adalah ladang rezeki bagi orang yang ingin mendapatkan kepentingan besar dengan adanya kerusuhan ini. Belum ada yang tahu pasti mana yang ada dibalik kerusuhan ini, apakah itu joe biden, atau bahkan presiden trump sendiri.
2. Alasan Yang Provokatif
Di indonesia sendiri kerusuhan skala kecil kerap terjadi karena hal sepele, bentrokan antar kampung adalah salah satu contoh bentuk kerusuhan skala kecil yang kerap terjadi di indonesia dan kebanyakan pemicunya adalah hal sepele seperti saling ejek antar warga kampung atau cara berkendara yang ugal-ugalan.
Bagi warga indonesia hal ini sudah termasuk hal yang provokatif dan bisa menjadi alasan yang tepat untuk memulai sebuah bentrokan antar kampung. Memang dalam hal ini pihak yang berkepentingan adalah pihak yang memang suka berkelahi atau sekedar pemuda yang mencari nama agar dikenal sebagai seorang jawara kampung.
3. Mencari Simpatisan
Simpatisan adalah hal krusial yang dibutuhkan untuk membuat sebuah kerusuhan skala besar, di amerika serikat simpatisan mayoritas dari para perusuh adalah anggota antifa dan para warga yang dengan sengaja ingin melakukan tindakan kriminal tanpa harus mendapatkan persekusi dari pihak kepolisian.
Mencari simpatisan di indonesia juga tidak kalah mudah, ada banyak sekali ormas dan juga organisasi pemuda yang sering dimanipulasi oleh pihak tertentu untuk melakukan tindakan kekacauan dalam sebuah lingkungan. Bahkan di indonesia bisa lebih menakutkan lagi karena solidaritas antara organisasi lebih kuat.
Sebagai contoh solidaritas yang kuat dalam organisasi di indonesia adalah kasus ketika bentrokan terjadi antara bonek dan perguruan silat PSHT pada tahun 2017 silam. Dimana dua orang anggota perguruan silat PSHT meninggal saat bentrokan tersebut berlangsung. Dari sini awal mula tindakan sweeping dari perguruan silat PSHT dilakukan.
Ini adalah cerminan betapa kuatnya solidaritas organisasi di jawa timur, pada pekan saat kabar bahwa ada korban tewas akibat bentrok dengan bonek tersebut seluruh anggota PSHT dari cabang jawa timur melakukan sweeping dan tindakan persekusi bagi orang yang memakai atribut bonek.
Tanpa ada maksud menjelekkan nama PSHT dan Bonek namun ini adalah contoh bagaimana potensi kekuatan yang bisa terjadi apabila organisasi di indonesia ditunggangi untuk kepentingan kerusuhan. Tak hanya seperti yang terjadi di amerika serikat, bahkan bisa seratus kali lebih buruk dan bisa mengancam kedamaian negara.
Negara Bekerja Keras
Demi mencegah terjadinya bentuk kerusuhan yang bisa terjadi di indonesia, pihak yang berwenang selalu melakukan tindakan preventif agar tidak ada kerusuhan yang terjadi dalam skala masif. Seperti ketika kerusuhan 2019 saat sidang gugatan hasil pilpres, saat ini pemerintah juga melakukan tindakan preventif agar khilafah tidak membuat ulah.
Salah satu film jejak khilafah nusantara yang tayang secara live di youtube yang kemudian diblokir oleh pemerintah adalah salah satu propaganda yang tidak bisa diremehkan. Tentunya film ini merupakan sebuah tindakan provokasi untuk membangunkan lagi organisasi islam radikal yang pernah ada di indonesia.
Terlebih momen saat ini adalah momen yang di rasa cukup tepat untuk memprovokasi karena masyarakat yang sudah mulai muak dan stres karena wabah corona yang belum berhenti juga. Roda perekonomian yang melambat tentunya membuat sumbu masyarakat indonesia menjadi lebih pendek dan mudah tersulut dengan hasutan dan provokasi.
Organisasi islam radikal di indonesia juga memiliki simpatisan yang tak kalah besar dan berpotensi bisa menimbulkan kerusuhan dengan skala besar jika massa dari organisasi ini digerakkan. Tidak menutup kemungkinan di indonesia dalam waktu dekat juga akan terjadi kerusuhan dengan skala besar seperti di amerika serikat.
Apabila pihak berwajib tidak segera melakukan tindakan preventif dan mencegah terjadinya tindakan provokasi yang berkepanjangan maka tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kerusuhan bisa saja terjadi di indonesia dengan latar belakang agama, dan taraf hidup masyarakat indonesia yang menurun karena pandemi berkepanjangan ini.
Semoga saja pemerintah dan pihak berwajib terus melakukan yang terbaik untuk menjaga keamanan dan ketentraman negara. Tidak ada masyarakat di indonesia yang menginginkan kejadian seperti kerusuhan di amerika terjadi di indonesia. Semoga dengan ini masyarakat selalu waspada dan tidak mudah terprovokasi oleh media.