5 Daftar Skandal Esport Terparah dalam Sejarah Dunia

Skandal Esport Terparah dalam Sejarah Dunia

Esport telah menjadi fenomena global yang menghibur jutaan penggemar di seluruh dunia. Namun, di balik kepopuleran dan kesuksesannya, terdapat beberapa skandal esport terparah yang telah mengguncang dunia.

Skandal-skandal Esport terparah dalam sejarah dunia tidak hanya merusak citra kompetisi, tetapi juga mengguncang kepercayaan penonton dan pemain. Kasus-kasus penggunaan cheat dalam turnamen besar. Beberapa pemain yang tidak fair menggunakan cheat atau perangkat lunak ilegal untuk mendapatkan keunggulan yang tidak adil.

Dengan membahas skandal-skandal ini, kita dapat memahami betapa pentingnya integritas, etika, dan pengawasan yang ketat dalam dunia Esport. Komunitas Esport harus terus berupaya untuk mencegah dan mengatasi kejadian-kejadian yang merugikan ini di masa depan.

Skandal Esport Terparah di Dunia

Game yang sudah masuk dalam cabang olahraga ini juga tidak luput dari skandal dan berbagai kecurangan. Nah, apa saja skandal yang pernah mengguncang eSport dunia dalam satu dekade ke belakang? Simak selengkapnya!

1. Membawa Aimbot ke Turnamen

Skandal eSport memang tak luput dari dunia gaming, salah satunya adalah kontroversi aimbot yang dibawa oleh Nikhil “Forsaken” Kumawat ke turnamen eXtremesland pada 2018. Forsaken, seorang pemain Counter-Strike, dengan nekatnya menggunakan perangkat lunak terlarang ini di turnamen berhadiah besar.

Keberadaan aimbot ini berhasil terdeteksi oleh software anti-cheat dan melalui kamera yang ada, Forsaken tertangkap basah sedang berusaha menghapus bukti tersebut dari komputernya. Skandal ini menjadi lelucon di komunitas Counter-Strike karena aksi nekatnya itu.

Akibat skandal ini, Forsaken dijatuhi hukuman berat berupa larangan bermain secara profesional yang berkepanjangan dan ia kini memutuskan untuk pensiun. Tak heran jika banyak yang tidak terkejut dengan keputusannya tersebut.

2. Lebih dari Pelatih 30 CS:GO Melakukan Cheating

Skandal eSport lainnya yang mengguncang dunia adalah ketika lebih dari 30 pelatih CS:GO terbukti melakukan kecurangan. Tahun 2020 menjadi tahun buruk bagi CS:GO karena skandal ini menyeret begitu banyak pelatih profesional dalam aksinya yang tak terpuji.

Tepatnya, ada 37 pelatih CS:GO yang memanfaatkan bug dalam game yang memungkinkan mereka untuk melihat peta selama pertandingan dan mengirimkan informasi ke tim mereka. Mereka kemudian mendapatkan sanksi dari Komisi Integritas Esport dan pada 2021, Valve pun memberikan hukuman.

Valve menetapkan larangan permanen bagi empat pelatih dan mengatur aturan baru yang melarang non-pemain untuk bergabung dalam server selama kompetisi. Tahun 2021 menjadi tahun yang penuh skandal bagi CS:GO!

3. Skandal Besar League of Legends

Skandal lain yang mencengangkan dunia eSport adalah kasus yang melibatkan Andy Dinh, pemilik dari organisasi eSport internasional, Team SoloMid. Dinh, yang juga merupakan mantan pemain League of Legends, dituduh menciptakan lingkungan kerja yang penuh tekanan dan tidak sehat di kantor TSM.

Saat laporan tersebut beredar di internet, otoritas League of Legends melakukan investigasi mereka sendiri. Hasilnya, Dinh dikenakan hukuman suspensi dua tahun dan denda sebesar $75,000 karena “sering menghina dan berperilaku membully para pemain dan staf TSM.”

Hal ini menunjukkan adanya ketegangan dalam pertumbuhan pesat eSport. Banyak perusahaan yang pada akhirnya berdiri seperti startup dan sering kali kurang struktur dan pertanggungjawaban seperti bisnis yang lebih berpengalaman.

4. Skandal Memalukan DOTA 2

Dunia DOTA 2 juga tak lepas dari skandal esport terparah. Carlo “Kuku” Palad, seorang pemain off-laner untuk tim DOTA 2, TNC Predator, mengalami krisis sebelum Major 2019 di Chongqing, China, karena komentar rasialis lama yang kembali menghantui.

 

Pada 2018, saat mengalami kekalahan dalam pertandingan publik melawan tim China lainnya, Kuku menulis kata-kata “ching chong” di chat. Ini dianggap sebagai cemooh rasialis terhadap lawan, dan tekanan meningkat di China untuk melarang Kuku bermain di event tersebut.

Awalnya, Valve tidak mengambil tindakan, tapi karena kontroversi ini tak kunjung mereda dan TNC Predator menolak sanksi khusus bagi pemain mereka, perusahaan akhirnya memutuskan untuk tidak mengundang Kuku di Major. Kuku tetap sukses sebagai pro DOTA 2, tapi sulit dipungkiri bahwa hubungannya dengan komunitas game China memburuk.

5. Skandal Politik Game Hearthstone

Skandal politik juga menyentuh dunia eSport, seperti yang terjadi pada tahun 2019. Seorang pro Hearthstone bernama Blitzchung, atau Ng Wai Chung, membuat pernyataan politis yang kontroversial setelah memenangkan turnamen Hearthstone Grandmasters di Taiwan.

Blitzchung menyerukan “Bebaskan Hong Kong, revolusi zaman kita” di akhir wawancaranya. Blizzard bereaksi dengan hukuman yang sangat berat, yang banyak orang pikir adalah hasil tekanan dari pemerintah China.

Blitzchung harus mengembalikan hadiah uangnya dan mendapat larangan bermain Hearthstone secara kompetitif selama setahun. Skandal ini adalah pukulan besar pertama dalam keruntuhan Blizzard; mengawali PHK, penindasan serikat pekerja Activision Blizzard, dan kini, tahun-tahun diskriminasi gender yang berujung pada penjualan kepada Microsoft.

skandal-skandal Esport terparah dalam sejarah dunia menjadi pengingat bagi kita semua akan kompleksitas dan tantangan yang dihadapi dalam menjaga integritas kompetisi. Meskipun ada insiden-insiden yang menghancurkan kepercayaan dan reputasi, Esport terus berkembang dan menjadi fenomena yang tidak dapat diabaikan.

Penting bagi para pemain, penyelenggara, dan penggemar untuk bersama-sama membangun fondasi yang kuat berdasarkan etika, transparansi, dan peraturan yang ketat. Dengan menjaga integritas dan mengatasi skandal-skandal Esport, kita dapat membangun fondasi yang kuat untuk masa depan industri ini.